“Beyond Tomorrow: Strategi Lompatan Bisnis di Tengah Ekonomi yang Tak Menentu”
Di tengah ketidakpastian ekonomi dan perubahan global yang semakin cepat, Beyond Tomorrow hadir sebagai oase strategis bagi para pelaku usaha yang ingin bukan hanya bertahan, tapi melompat maju. Diselenggarakan oleh Kamajaya Business Club (KBC) dan dimulai pukul 13.00, acara ini dibuka dengan doa, lagu Indonesia Raya, dan sambutan dari Bapak Fransiscus selaku Ketua Bidang KBC. Suasana penuh semangat langsung terasa sejak awal, menandakan bahwa para peserta siap menyerap wawasan dan inspirasi baru.
Acara inti menghadirkan pembicara utama yang sangat ditunggu: Bapak Yongki Surya Susilo—seorang pengamat sekaligus praktisi bisnis dengan pengalaman lintas sektor. Dalam seminar bertema “Strategi Tetap Bertumbuh dalam Pergolakan Ekonomi dan Prediksi Perekonomian ke Depan”, Pak Yongki menyampaikan pemikiran yang tidak hanya visioner, tapi juga membumi dan aplikatif.
Beliau membuka dengan membedakan antara evolution dan revolution. Perubahan kecil tidak cukup ketika sistem sedang tidak berjalan; dibutuhkan lompatan besar dan terarah. Di tengah bergesernya poros kekuatan dunia dari Barat ke Timur—dengan Cina dan India sebagai pemain utama—Indonesia tidak boleh hanya jadi penonton. Transformasi besar diperlukan agar bangsa ini tidak sekadar bertahan, tapi jadi bagian dari kekuatan global baru.
Salah satu highlight yang menggugah adalah analisis tentang siklus inovasi yang kini semakin pendek. Di industri kosmetik, lifestyle, dan elektronik, masa hidup produk kini hanya hitungan bulan. Organisasi harus mampu mengeksekusi inovasi dengan cepat, lincah, dan efisien. Tak kalah menarik, beliau juga memetakan kondisi ekonomi domestik Indonesia dari era Suharto hingga Jokowi, lengkap dengan data nyata tentang daya beli yang melemah, kelas menengah yang menyusut, dan tekanan gaya hidup digital (seperti pinjol dan judi online) yang menggerus penghasilan riil masyarakat.
Namun, sesi ini bukan hanya memetakan tantangan—Pak Yongki juga menawarkan jalan keluar. Lima agenda Indonesia Revolution menjadi inti dari strategi bangkit:
- Bangun nilai produk, bukan sekadar perang harga
- Kenali segmentasi baru pasca krisis
- Perkuat brand equity
- Perpendek siklus inovasi
- Naikkan kualitas dan standar industri
“Produk yang akan selalu untung adalah elektronik, fashion, dan kecantikan—terutama di era e-commerce. Ini bukan soal tren sesaat, tapi perubahan struktural,” ungkapnya.
Setelah sesi seminar yang berlangsung meriah, acara dilanjutkan dengan panel diskusi yang dipandu oleh Pak Wili (pemilik Yamie Panda) dan Pak Robert (pemilik Klinik Kecantikan Anisa). Diskusi menjadi semakin hidup dengan kehadiran peserta-peserta aktif, salah satunya Pak Dedy TK yang bertanya tentang bagaimana mengubah mimpi kecil menjadi mimpi besar. Tips-tips konkret pun mengalir: mulai dari memperluas jaringan, belajar dari sosok-sosok inspiratif, hingga membangun mental stamina dan berpikir lintas batas—bahkan ke luar negeri.
Acara ditutup dengan semangat optimisme yang rasional. Meski dekade ini disebut sebagai Decade of Destruction, peluang selalu terbuka bagi mereka yang adaptif. Pak Yongki mengingatkan, Indonesia diproyeksikan masuk ke negara berpendapatan tinggi sekitar 2038–2041. Jika kelas menengah bisa bangkit kembali, maka gelombang Second Consumer Boom akan menjadi kenyataan.
“There’s always sunshine after the storm”—itulah pesan yang menjadi benang merah acara ini: badai memang nyata, tapi hanya mereka yang siap dengan strategi dan keberanianlah yang akan melihat matahari terbit lebih dulu.
Artikel Terbaru
Dapatkan Berita Terbaru
Gratis! Hanya perlu menggunakan email & bebas berhenti kapanpun kamu mau.






